Barusan, ngeliat teman ngetweet tentang Badminton. Aku termenung, lau sekilas teringat my kelam memory dengan olahraga ini. Aku udah kenal olahraga ini sejak dari kecil, kira-kira umur 7 tahun. Aku punya lapangan luas disamping rumah dan ada tetanggaku yang bemain badminton disana. Melihat tetanggaku bermain disana, tetangga sekitar pun ikutan bermain. Lapangan yang kemarin sepi kini jadi rame dengan banyaknya warga yang antusias ingin main ataupun sekedar menonton. Aku ingat saat itu ibaratnya lagi musim badminton dan ayahku memanfaatkan peluang ini dengan berjualan "Kok" (bola badminton) hehehe. Aku yang masih kecil pun penasaran dan ingin belajar main badminton. Dengan bantuan ayah dan abangku aku pun belajar bermain badminton. Perlahan-lahan aku pun akhirnya bisa juga main badminton dan bahkan selalu bermain setiap sore hari.
Tapi itu dulu, sekarang aku nggak pernah main badminton lagi . Trauma? mungkin ini kata yang tepat untuk mengungkapkannya.
Ceritanya nih, habis sepulang
sekolah aku dan teman-teman main badminton di Hall MTQ. Semula sih
mainnya biasa aja, aku bermain ganda dengan temanku dan saling berebut
poin. Namun, pas lagi main tiba-tiba aku terlalu semangat men-smash bola
yang datang dan akhirnya tangan ku malah terkilir. Sakit banget, aku
ampe menangis karena tanganku keputar kebelakang. Aku nggak bisa
bergerak, terbaring dilapangan itu. Kalau diangkat atau disenggol
rasanya sakit banget. Aku dan teman-teman panik,gimana nih caranya.
Benar-benar sakitnya luarbiasa. Ada ibuk warung yang memberi salep, lalu
diolesin ketangan aku tapi nggak juga berasa ilang sakitnya. Serba
salah banget, mau diobati pake apa, kebetulan hall saat itu lagi sepi.
Akhirnya teman-teman membujukku agar aku menahan sedikit sakitnya untuk
membawa ku ketukang urut. Demi sehat kembali, aku lawan rasa sakitku,
daripada dibiarin terus bisa-bisa lumpuh aku (parno). Sepanjang
perjalanan aku menahan rasa ngilu nya, motor melonjak sedikit aja, aku
meringis karena sakit. Setelah sampai, aku pun diurut sama tukang urut
didepan rumah temanku, dan rasanya ya Allah berteriak sejadi-jadinya.
Huhuuhu rasanya tangan mau copot saat itu juga. Teman-teman berusaha
menghiburku.
Kurang lebih 10 menit aku diurut. Dan, setelah diurut alhamdulillah tanganku sudah bisa digerakkan lagi walaupun masih terasa sedikit ngilu. tapi aku tetap bersyukur setidaknya aku masih bisa pulang kerumah dengan keadaan baik kembali, kalau mama mengetahui kejadian itu, mungkin mama bisa histeris, nggak tega aku :(
Sekarang, ngeliat orang-orang main badminton, aku cuma merenung dalam hati. Pengen main lagi, mengenggam raket lagi. Trauma itu masih membuatku takut untuk bermain.
0 komentar:
Posting Komentar